Pernah lihat orang yang sangat perfeksionis? Jika pernah, apa yang teman-teman bisa lihat?
Yup, mungkin sama dengan persepsi saya, bahwa orang yang perfeksionis akan selalu merasa nggak tenang. Kenapa? Karena perfeksionis akan selalu bertentangan dengan ketenangan.

Gimana bisa tenang jika selalu merasa ada yang kurang? Dan ketika berpikir selalu ada yang kurang, maka dititik itulah ketenangan hilang. Yang ada adalah rasa kecewa terus menerus.

Begini, perfeksionis itu perlu, tapi memahami titik batas diri kita juga penting. Dan ini yang saya rasakan.
Dulu ketika membangun aplikasi KBM App, lemotnya minta ampun. Banyak Bug di sana-sini. Teknologi belum sebagus sekarang.

Tapi yowis kami launchingkan sadja dengan segala “kesempurnaannya” pada titik itu. Kalo nggak gitu, dan menuntut versi perfeknya, kapan aplikasi bisa running?

Titik kesempurnaan sebuah aplikasi tidak akan pernah ada. Ia akan selalu berkembang. Apalagi jika ada orang Business Development, yowis makin selalu ada saja yang ingin dikerjakan.

Begitu juga dengan hidup. Hidup adalah tentang bagaimana membuat hati kita tenang dan merasakan indahnya kehidupan itu sendiri. Maka nikmati ketidaksempurnaan itu dengan cara mensyukuri apa yang sudah kita raih.

Allah swt berfirman:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim:7).

Perjalanan hidup adalah tentang rasa syukur. Jika ada kekurangan di dalamnya, maka ia adalah tentang memperbaiki kekurangan tersebut agar lebih baik dari sebelumnya.
Kesempurnaan adalah sebuah tahapan pada jenjang yang lebih baik, bukan hasil yang segera bisa dicapai instan dan selesai sampai di situ. Begitu sih kira-kira.
Bandara Soeta, 8 Maret 2024
tendi Murti