Biarkan Mereka Merasa Menang!
Yang baca ini pasti langsung dikaitkan dengan pilpres.😆
Tenang, sudah lewat kok masanya. Tinggal nunggu takdir. Hahaha.
Nah judul sama foto, Insyaa Allah relatef kalo bacanya sampai selesai.
Sedikit ngobrolin tentang MERASA MENANG ini. Yuk lanjut.
Penulis buku mega best seller “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” Ajahn Brahm memilih untuk menjadi biksu. Padahal ia adalah seorang ilmuwan sukses yang hasil dari penelitiannya bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain.
Pada awal bukunya ia menjelaskan kenapa ia memilih menjadi seorang biksu daripada menjadi ilmuwan atau peneliti. Jawabannya sangat sederhana namun mendalam.
“Dalam penelitian, kami sering berdebat dan sekuat tenaga agar bisa memenangkan teori yang kami miliki. Dan itu membuat hati menjadi merasa bangga dan sombong.”said Polito
Kira-kira begitulah ya jawabannya. Lalu kenapa ia memilih keluar dari pergulatan ilmuwan tersebut. Kenapa? Karena ia memilih untuk bahagia.
“Maksudnya kang?” Bahagia dan merasa menang itu tipis sekali sebenarnya. Namun efeknya akan sangat berbeda pada hati dan kehidupan.
Bahagia melihat orang bahagia, hati kita jadi lega. Bahagia ketika seseorang bisa merasakan makanan enak. Dll.
Sementara orang yang “bahagia” karena memenangkan perdebatan, ia akan lebih condong pada kesombongan, angkuh dan merasa diri paling benar dan pintar. Gitu kira-kira. Masuk ya?
“Memang salah kang dengan seperti itu?” Nggak salah! Memang ada yang harus melakukan seperti itu jika sifatnya adalah prinsip hidup, ya wajib kita perjuangkan.
Tapi jika hanya sekadar debat di media sosial yang meributkan tentang jadi pegawai atau pengusaha, makan buburnya diaduk atau enggak, makannya dari tengah atau dari samping, ya nggak perlu. 😆
Yang kayak gitu menghabiskan energi dan waktu. Biarkan mereka yang berdebat merasa menang, dan kita bahagia karena terhindar dari hal-hal yang nggak terlalu berguna.😁
Kata Imam Al-Ghazali di kitabnya Ihya Ulumudin, beliau bilang:
“Kecenderungan seorang pendebat akan mencari-cari dan mengungkapkan kebodohan, kelemahan, kekurangan serta ketidaktahuan lawan bicaranya.”
Bahkan kata seorang Psikolog kenamaan Seth Meyers di Psychologytoday.com ia mengatakan bahwa:
“Anda tidak akan pernah “menang” dengan seseorang yang harga dirinya bergantung sepenuhnya pada hasil dari suatu konflik, sehingga satu-satunya strategi menjaga kewarasan bagi orang lain adalah menghindari terlibat terlalu dalam dengan mereka.”
Sip. Oke gas oke gas udahan debatnya. Yuk balik ke kebahagiaan diri sendiri.
Yang sudah baca, wajib share. Kali aja ada yang nyangkut ke hati. Kan jadi pahala.😁
Madinah, 10 Maret 2024
Tendi Murti
NB: Foto diambil karena bahagia plus iri banget karena si bapak mewek bahagia bertemu dengan Rasulullah saw.